Yang Perlu Diketahui Umat Kristen tentang Al-Quran
This post is also available in:
English
عربى (Arabic)
Français (French)
Yang Perlu Diketahui Umat Kristen tentang Al-Quran
1. Setiap orang Kristen perlu tahu bahwa umat Muslim percaya Al-Quran adalah Firman Allah yang diwahyukan kepada Muhammad oleh malaikat Jibril.
2. Setiap orang Kristen hendaknya tahu bahwa kata “Quran” artinya bacaan atau pembacaan, dan Al-Quran itu dibacakan oleh Muhammad dalam bahasa Arab1 dalam rentang waktu sekitar 23 tahun (mulai 610 M).2
3. Setiap orang Kristen hendaknya tahu bahwa Muhammad tidak meninggalkan bacaan tertulis (mushaf) yang lengkap. Teks Al-Quran dikumpulkan dan dilengkapi setelah wafatnya Muhammad. Berarti, bentuk Al-Quran tertulis bukan buatan Muhammad.3

4. Mengikuti aturan yang ketat, sebenarnya Al-Quran bahasa Arab tidak boleh diterjemahkan (I’jaz);4 Nilai keajaiban retorika Al-Quran membuat umat Muslim segan menerjemahkannya.5
5. Setiap orang Kristen hendaknya tahu bahwa umat Muslim percaya Al-Quran adalah mukjizat. Kehebatan mukjizat Al-Quran adalah bahwa kitab itu tiada bandingannya6 (I’jaz al-Qur’an bahasa Arab), “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain” (Q17.887. 8
6. Setiap orang Kristen perlu tahu bahwa ajaran utama yang ditekankan dalam Al-Quran adalah monoteisme unitarian (Tauhid).9Hal ini paling jelas tanpak dalam Muhsin Khan Interpretation of the Meanings of the Qur’an(Tafsiran Makna Al-Quran menurut Muhsin Khan), di mana kata “monoteisme” disebut lebih dari 260 kali (untuk melihat daftar setiap ayatnya, klik Monoteisme dalam Al-Quran).10
7. Setiap orang Kristen perlu tahu bahwa monoteisme menurut Al-Quran (Tauhid) tidak semurni, seradikal, atau semutlak pernyataan kaum Muslim. Contohnya, Allah sendiri menyebut diri-Nya dengan kata ganti jamak (Kami, Kita) setidaknya 70 kali dalam Al-Quran.11
8. setiap orang Kristen hendaknya tahu bahwa Al-Quran adalah suatu catatan dan peringatan (lihat Q74:54; 81:27).12Al-Quran mengajarkan bahwa salah satu peristiwa terpenting yang pernah disaksikan semua manusia dan harus diingat adalah Hari Alastu.
9. Hampir 100 ayat dalam Al-Quran berbicara tentang Yesus (lihat: Yesus dalam Al-Quran).
10. Setiap orang Kristen perlu tahu bahwa Al-Quran menyangkal kematian Yesus di kayu salib untuk menebus dosa dan kebangkitan-Nya pada hari pertama minggu itu (Q3:54-55,13 4:157-158).14
11. Setiap orang Kristen perlu tahu bahwa Al-Quran tidak mengajarkan perlunya penumpahan darah bagi pengampunan dosa. Menurut Al-Quran, Allah mengampuni begitu saja bila Ia berkehendak:
Milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu nyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya (tentang perbuatan itu) bagimu. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan mengazab siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu (Q2:284).
12. Setiap orang Kristen perlu tahu bahwa Al-Quran bukan satu-satunya sumber wahyu ilahi bagi umat Muslim (lihat Sunah dan Hadist).
13. Setiap orang Kristen hendaknya tahu mengapa banyak Muslim menganggap Perjanjian Baru palsu dan bukan firman Allah. Alasannya, Al-Quran menyebut ada sebuah kitab (al-injeel) yang diwahyukan dari surga kepada Yesus. Muslim meyakini bahwa kitab inilah yang diajarkan Yesus kepada para murid-Nya (bdk. Q5:46-47; 57:27).
Sebanyak apapun kritik tekstual dan pencocokan tulisan Injil, kita tak akan pernah bisa menemukan Injeel yang disebut dalam Al-Quran, karena Yesus memang tidak pernah menerima kitab (al-injeel) dari surga. Injeel yang dimaksud Al-Quran tidak ada dan tak pernah ada. Umat Kristen tidak perlu membela keabsahan Perjanjian Baru di hadapan saudara Muslim kita. Sebaliknya, umat Muslimlah yang perlu membela kepercayaan mereka bahwa Injeel benar-benar sumber wahyu yang dipakai Yesus.15
Persoalan inti dalam diskusi mengenai kitab Injil (Kristen) dan Injeel menurut Al-Quran ialah, apakah Yesus kabar baik yang diutus dari surga, atau Injeel dalam Al-Quran adalah kitab yang dikirim dari surga kepada Yesus. Agama Kristen tidak bisa dan tidak mungkin ada tanpa Yesus. Agama Islam bisa ada tanpa Muhammad.
14. Setiap orang Kristen hendaknya tahu bahwa dalam kepercayaan Islam, Firman itu menjadi kitab, sedangkan dalam agama Kristen, Firman menjadi manusia.
16Banyak kesalahpahaman antara umat Kristen dan Muslim timbul akibat anggapan keliru bahwa Al-Quran bagi Muslim sama seperti Alkitab bagi Nasrani. Sebenarnya, yang lebih tepat adalah: Al-Quran bagi Muslim sama seperti Kristus bagi Nasrani.
–
Footnotes
- Al-Quran berkata, “Kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab agar kamu mengerti” (Q43:3; lihat juga Q12:2; 13:37;20:113; 39:28; 41:2-3; 42:7).
- Secara garis besar, Al-Quran tidak disusun kronologis, tetapi berdasarkan urutan surat terpanjang hingga surat terpendek. Seluruhnya ada 114 surat/surah. Diyakini bahwa kata pertama yang disampaikan Muhammad adalah “baca” (Arab: Qara), “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan” (Q96:1).
- Lihat: “Hanya Satu Versi Al-Quran?” dalam Apakah Al-Quran Adalah Firman Allah?
- “Inilah keyakinan yang mengurat akar di kalangan Muslim, bahwa pembacaan Al-Quran yang ‘sah’ hanya dalam bahasa Arab. Hanya mazhab Hanafi yang memberi perkecualian dalam hal ini, dikemukakan secara terperinci tahun 1932 oleh akademisi Hanafi Azhar al-Maraghi (d.1945)” (Hartmut Bobzin, “Translations of the Qur’an.” Encyclopaedia of the Qur’an. General Editor: Jane Dammen McAuliffe . Brill (Leiden and Boston), 2005. CD-ROM version).
- Menurut sejumlah pakar bahasa Arab klasik, seperlima bagian teks Al-Quran tidak dapat dipahami (lihat Gerd R. Puin). Lebih lanjut, lihat Stefan Wild, “Why Translate the Untranslatable?“
- Akhir-akhir ini, umat Muslim mengusung pandangan bahwa keajaiban Al-Quran terbukti lewat keselarasannya dengan sains. Lihat Bigliardi, S. (2011). Snakes from Staves? Science, Scriptures and the Supernatural in Maurice Bucaille. Zygon, 46(4), 793-805.
- Quran 17:88 adalah patokan yang menjadi dasar keyakinan bahwa Al-Quran tidak dapat diungguli, bahkan oleh yang paling fasih sekalipun. Keseluruhan Al-Quran adalah mukjizat. Kisah-kisahnya nyata, perintah serta larangannya bijak dan mengikat, nubuatannya tepat. Selain itu, Al-Quran juga berisi tutur kata bahasa Arab yang paling murni dan elegan, melebihi seluruh keunggulan yang bisa dicapai umat manusia. Anda bisa mendengar pembacaan Al-Quran bahasa Arab di quran.com
- Berbagai kalangan memberi penilaian yang berbeda-beda tentang Al-Quran.
Penilaian positif tentang Al-Quran, gaya dan tata bahasa Al-Quran
George Sale, seorang non-Muslim penerjemah Al-Quran bahasa Inggris berpendapat: “Gaya bahasa Al-Quran secara keseluruhan elok dan mengalir, khususnya bagian yang menuturkan sikap nabi dan frasa kitab suci. Bahasanya ringkas, sering kali kabur, berhiaskan majas-majas ketimuran yang tegas, disemarakkan dengan ungkapan yang rumit dan sarat makna. Pada banyak ayat, terutama yang menggambarkan keagungan sifat-sifat Allah, bahasanya megah dan indah.”
J. von Hammer-Purgstall asal Austria menyatakan, “Al-Quran bukan sekadar kitab hukum Islam, tetapi juga maha karya sastra Arab. Hanya keajaiban bahasa yang mampu mencap tutur kata putra Abdullah sebagai sabda Allah.”
F.J. Steingass mengatakan bahwa Al-Quran adalah “. . . sebuah karya yang membangkitkan perasaan kuat dan tak tertandingi, bahkan dari pembaca yang jauh—jauh dalam hal selisih zaman, juga perbedaan perkembangan mental—suatu karya yang tak hanya menaklukkan kebencian saat seseorang mulai membacanya, tetapi mengubah sikap antipati menjadi ketakjuban dan kekaguman.”
Penilaian negatif tentang Al-Quran, gaya dan tata bahasa Al-Quran
Richard Bell berpendapat bahwa untuk waktu lama, para pakar Barat telah memperhatikan adanya “keganjilan tata bahasa dan bagian yang tidak masuk akal dalam Al-Quran.”
Theodor Nöldeke, pakar Al-Quran dan bahasa Semit menilai bahasa Al-Quran itu “monoton, kering, dan hambar.” Nöldeke juga mengatakan bahwa Al-Quran “jika dinilai secara estetika, sama sekali bukan karya kelas satu.”
Jakob Barth mengkritisi “kacaunya keterkaitan” dalam surah-surah Al-Quran.
Seorang ahli bahasa Semit berkebangsaan Irak, A.Mingana, beranggapan bahwa gaya bahasa Al-Quran “mengalami ketimpangan, yang selalu menjadi ciri bahasa sastra baru yang masih dipengaruhi oleh sastra yang lebih tua dan mapan.”
R.A. Nicholson, pakar literatur Arab dan Sufisme, mengamati, “Penyusunan Al-Quran yang tidak beraturan menjadi sebab utama yang membuat para pembaca Eropa menganggapnya tidak jelas, melelahkan, dan menjemukan. Cerita yang bertele-tele bercampur aduk dengan wejangan panjang lebar ini tidak patut disejajarkan dengan kitab-kitab Nabi dalam Perjanjian Lama.” (Claude Gilliot, Pierre Larcher, “Language and Style of the Qur’an” Encyclopaedia of the Qur’an).
Gordon Nickel, seorang profesor studi Islami berkata, “Para pakar sering kali tidak dapat memastikan arti setiap ayat Al-Quran dengan tepat, karena Al-Quran biasanya tidak memberikan latar belakang pembacaan. Ragam tutur bahasa al-Quran biasanya ambigu dan penuh kiasan. Teks Al-Quran sering tidak mencantumkan kata atau informasi yang sebenarnya menjadi kunci penting dalam pemaknaan. Kitab suci umat Muslim terkesan ditujukan kepada pembaca yang sudah tahu detail-detail yang tidak dituliskan di sana. Narasi/cerita dalam Al-Quran pun “kerap tak dapat dipahami tanpa bantuan bacaan pelengkap.” Mengenai ayat-ayat yang polemik, pembaca biasanya menjumpai kerancuan di berbagai bagian kalimat, termasuk mana subjek dan objek, serta pokok pembicaraan” (Gordon Nickel, Common Word Polemics, 3).
- “Di samping tema monoteisme, Al-Quran juga banyak berbicara tentang Qiyamah/Kiamat—disebut juga Hari Kebangkitan, Hari Penghakiman, Hari Berkumpul, Hari Pembalasan. “Pengakuan Syahadat—‘Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah utusan Allah’—dan kepercayaan bahwa setiap manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah merupakan ikatan pemersatu Islam” (Al-Qiyamah, The Resurrection).
- Muhsin Khan Interpretation of the Meanings of the Qur’an biasa dibagikan kepada jamaah haji di Arab Saudi.
-
Lazimnya, umat Muslim menggambarkan kepercayaan mereka pada keesaan Allah dengan satu jari:?
Bagaimana satu jari bisa melambangkan monoteisme “mutlak”? Bukankah satu tangan terdiri dari lima jari. Setiap jari merupakan bagian dari sesuatu yang lebih besar: tangan. Dan tangan pun hanyalah sebagian kecil dari seluruh tubuh.
- Angelika Neuwirth, “Qur’an, Crisis and Memory” in Neuwirth, A./Pflitsch, A. (eds): Crisis and Memory, [Beiruter Texte und Studien, 2001], 115
- Sebagian besar ahli tafsir Muslim sepakat bahwa Q3:54-55 berbicara tentang persekongkolan orang Yahudi untuk membunuh Yesus dengan cara disalib, tetapi Allah meluputkan Yesus dari kematian. “Dan mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya [untuk membunuh Isa], maka Allah pun membalas tipu daya. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Ingatlah), ketika Allah berfirman, ‘Wahai Isa! Aku mengambilmu dan mengangkatmu kepada-Ku, serta menyucikanmu [dari fitnah bahwa Isa adalah anak Allah] dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikutimu [monoteis, yang menyembah Allah saja] di atas orang-orang yang kafir [yang tidak percaya keesaan Allah, utusan-utusan-Nya seperti Muhammad SAW, Isa, Musa, dll., dan kitab-kitab suci-Nya seperti Torah, Injeel, dan Al-Quran] hingga hari Kiamat. Kemudian kepada-Ku engkau kembali, lalu Aku beri keputusan tentang apa yang kamu perselisihkan’” (Q3:54-55, Muhsin Khan)
- Sejumlah ahli tafsir Muslim beranggapan bahwa Q4:157-158 menyangkal kematian Yesus di salib, “Dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh itu), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya. Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana” (Q4:157-158). Umat Muslim percaya bahwa kelak Yesus akan datang kembali, memerintah selama 40 tahun, lalu wafat. “Saat itu, umat Muslim akan mensholatkan beliau dan menguburkan beliau di kota Madinah, di makam yang tersedia di sisi Muhammad, Abu Bakar, dan Umar” (“Jesus in Islam.” Wikipedia. 8 September 2011).
- Istilah Arab al- injeel biasanya diterjemahkan sebagai “Injil,” tetapi itu tidak sama dengan Injil milik umat Kristen (kabar baik/pemberitaan tentang Yesus) atau pun empat kitab Injil dalam Alkitab.
Kata Injil (Yunani: εὐαγγέλιον) dalam Alkitab artinya kabar baik dan pemberitaan (Yunani: εὐαγγελίζω) kabar itu, yakni kabar tentang kerajaan Allah, Mesias yang diutus Allah (Kristus), dan karya yang sudah dan sedang dikerjakan Yesus dalam sejarah,
1 Korintus 15:1-4
1Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil (Yunani: εὐαγγέλιον) yang aku beritakan (Yunani: εὐαγγελίζω) kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. 2Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan (Yunani: εὐαγγελίζω) kepadamu — kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya. 3Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, 4bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.Para pengikut Yesus memberitakan (Yunani: εὐαγγελίζω) kabar baik (Yunani: εὐαγγέλιον) tentang Yesus. Bertahun-tahun kemudian, setelah Yesus naik ke surga, mereka menuliskan kabar baik yang mereka beritakan dalam kitab-kitab, yang kemudian disebut Injil: Matius, Markus, Lukas, Yohanes. Empat Injil (kitab) ini menjelaskan bahwa Yesus adalah wahyu Allah yang diutus dari surga, puncaknya pada saat Ia mati di kayu salib dan bangkit dari kematian. Injil Kristen tidak sama dengan Injeel menurut Al-Quran, yang tidak pernah ada.
Lihat David Thomas, “Muslim Conception of Gospel”, dalam: Encyclopaedia of Islam, THREE, Edited by: Kate Fleet, Gudrun Krämer, Denis Matringe, John Nawas, Everett Rowson.
- Andrew Walls, The Cross-Cultural Process in Christian History (Maryknoll, NY: Orbis Books; Edinburgh: T&T Clark, 2002), 29.
Muhammad dicintai oleh semua umat Muslim, tetapi arti keberadaan beliau bagi agama Islam tidak sama seperti arti keberadaan Yesus bagi agama Kristen. Ajaran Islam bisa saja diwahyukan melalui orang selain Muhammad, tetapi ajaran Kristen tidak bisa diwahyukan lewat orang selain Yesus, karena inti ajaran Kristen adalah Yesus sendiri. Agama Kristen mengajarkan ketaatan Yesus yang sempurna pada Taurat, kematian-Nya di kayu salib, dan kebangkitan-Nya. Alhasil, umat Kristen percaya bahwa Yesuslah jawaban atas persoalan dunia ini, sedangkan umat Muslim percaya bahwa Al-Quranlah jawaban atas persoalan dunia.